Langsung ke konten utama

When My Love Blooms - Part 2


S A A T   I T U

Kelulusanpun tiba, dan mimpiku terputus. Ambisi untuk menjadi seorang Arsitek sudah pupus dan kini harus menjalani sebagai seseorang yang akan menjadi Teknisi di Industri. Sedangkan Ham, mimpinya berlanjut. Ia berkuliah di Yogyakarta di sebuah universitas swasta. Aku senang, dia bisa meraih mimpinya walau kini tak ada kesamaan lagi dari diri kami.

Beberapa tahun terlewati, kini Aku berhasil menjadi salah satu pekerja di Industri yang berada di Cilegon dengan gaji yang lumayan untuk menghidupiku dan menafkahi Ibuku. Sudah satu tahun Aku habiskan untuk berkerja disana, dan kini sedang menikmati waktu libur karena Industri tempatku bekerja sedang Shutdown. Aku menghabiskan waktuku untuk pulang kerumah menemani Ibuku, lalu kembali ke kos setelah beberapa hari di sana. Pada saat itu, Aku berencana pergi ke Jakarta untuk mengunjungi teman SMA-ku untuk bermain-main walau sekedar mengelilingin kota Jakarta.

Namun sesuatu terjadi yang membuatku mengingat masa-masa sekolah dulu. Saat itu, Aku meminta temanku Fin untuk membawaku kesalah satu Art Space yang ada di Jakarta untuk sekedar menikmati indahnya sebuah seni yang diciptakan oleh Manusia dan untuk menyegarkan mataku juga. Hal yang mengejutkannya adalah, Aku bertemu dengan Ham, si pemuda dan sempat membuatku jatuh cinta tiga tahun lamanya.

Aku sedikit tertawa, Aku mengenalnya dia juga mengenalku namun bukankah tidak ada alasan untuk Kami saling menyapa? atau sekedar bertanya kabar?. Aku yang pada saat itu sendiri karena Fin tiba-tiba pulang untuk menjemput adiknya yang masih bersekolah pun bingung harus bagaimana. Bahkan ketika kedua mata kami bertemu, Aku hanya mematung, lalu tersenyum seperti orang bodoh dan tanpa sadar aku mengangkat tangan kananku lalu melambaikannya pada pemuda itu. Sungguh bodoh.

Tanpa ekspektasi yang tinggi, Ham membalas senyuman dan lambaian tanganku lalu dengan perlahan mendekat kearahku. Kabar Jantungku saat itu? benar-benar hampir meledak. Sosoknya kini tak banyak berubah, namun terlihat sedikit gagah dan berisi dibanding saat terakhir kali Aku melihatnya.

"Hai, Pin?" 

Pin, sebut saja Aku Pin.

Dua kata itu, membuat bulu kudukku terkaget-kaget. Ham masih mengingatku, padahal Kami tidakpernah berinteraksi sekalipun. Dan balasan "Hei, Ham" adalah yang paling tepat. Dia tersenyum, lalu bertanya kabarku yang tentu saja kujawab baik-baik saja. Dari situ, Aku mulai bersikap biasa lalu kami sedikit berbincang tentang apa yang kami lakukan saat ini sembari berkeliling melihat-lihat karya seni seniman ternama disana. Hingga berakhir setelah beberapa menit saja, ketika Ham mendapat panggilan di ponselnya yang mengharuskannya pergi. Dan kalimat "Sampai ketemu lagi," terucap dibibirnya yang membuat harapanku padanya kembali muncul. 

Aku tak henti-hentinya tersenyum bahkan ketika sampai di Apartemen temanku yang berada di Cibinong. Bahagia adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku hari itu. Bahkan Ham tak henti-hentinya membuatku tersenyum ketika Ia mengikuti kembali akun Instagramku padahal aku sudah mengikuti akunnya selama empat tahun lamanya. Setidaknya, empat tahun aku mengikuti akunnya tidak sia-sia walau baru mendapatkan hasilnya pada saat itu.


- T o   B e  C o n t i n u e -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginanmu adalah Hidupmu

D U N I A K U. Pengalaman hidup dibawah tekanan sudah pasti dirasakan hampir semua orang. Entah dari kecil, remaja, dewasa hingga tua, hidup manusia itu pasti dihantui oleh penekanan dari orang-orang. Entah itu dari ucapan atau tindakan.  Bagi Anak muda yang bersekolah, mereka dituntut untuk belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Mereka dituntut habis-habisan untuk duduk manis di meja yang dipenuhi buku berisi angka dan rumus-rumus yang sulit dipahami dan dapat membuat seseorang begitu muak. Terlebih lagi, ketika waktu ujian akan datang, para orangtua sudah seperti zombie yang akan membunuhmu dengan kata-kata yang harus dituruti. Pergi kesekolah dan memperhatikan para guru yang sedang menerangkan, lalu pergi ke tempat les untuk belajar tambahan, kemudian pergi ke meja belajar yang sudah seperti neraka saja. Mereka hanya Anak-anak. Belajar memang mesti dibutuhkan, tapi benda sebesar apapun pasti ada kapasitasnya, apalagi Otak manusia. Terkadang, para orangtu juga sering me...

Sebuah Perjuangan?

P E  R J U A N G A N Apa perjuangan itu? Orang-orang mungkin mendeskripsikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, dengan perngorbanan apapun dan entah seberat atau seringan apapun itu. Dan ya, aku juga berpikir seperti itu. Tapi sayangnya ada yang tidak aku mengerti dengan perspektif Ibuku. Sedikit cerita saja, aku adalah anak desa yang kebetulan disekolahkan oleh Kakak Ibuku di kota. Saat itu, ketika Aku akan menginjak sekolah menengah pertama. Anak desa sepolos diriku hanya mengangguk saja menyetujui itu, asalkan ada Ibu disisiku. Tapi sayangnya, ketika tahun kedua di kota, Ibuku harus pulang ke Desa dan tinggal lagi disana karena harus merawat Kakek Nenekku yang sudah sangat tua. Dan sekali lagi, Aku hanya mengangguk setuju, membiarkan Ibuku meninggalkanku bersama Ua-ku dikota. Satu tahun kemudian, aku berhasil melewati masa-masa kesepian yang begitu berat untuk seorang Anak tigabelas tahun yang masih membutuhkan banyak perhatian. Namun ...

When My Love Blooms - Part 1

D A H U L U Seperti kebanyakan orang, menyukai lawan jenis adalah hal yang normal. Rasa suka itu bisa tumbuh kapan saja, bahkan ketika kau masih lucu-lucunya sebagai anak polos yang belum tahu apa-apa. Aku, seseorang yang tidak terlalu melodramatis ini pernah menyukai seorang laki-laki yang merupakan teman sekelas di tahun pertama Sekolah Menengah Atas. Pemuda itu kusamarkan sebagai 'Ham', seseorang yang cuek, sedikit pendiam namun atraktif ketika bersama teman-temannya, mempunyai sisi misterius dan menyukai hal-hal berbau seni karena Ia sudah seperti seniman yang mampu menggambar apa yang ditangkap oleh pandangannya. Sedangkan Aku, si gadis pendiam yang merupakan seseorang introvert, payah dalam bergaul, si kaku ketika berbicara dengan orang yang disukainya, dan penggemar hal-hal berbau seni, dan Ham adalah panutannya. Gadis ini bercita-cita menjadi seorang Arsitektur, sama seperti Ham. Dan itulah yang membuatku menyukainya, kami seperti berada didunia yang sama karen...