Sedangkan Aku, si gadis pendiam yang merupakan seseorang introvert, payah dalam bergaul, si kaku ketika berbicara dengan orang yang disukainya, dan penggemar hal-hal berbau seni, dan Ham adalah panutannya. Gadis ini bercita-cita menjadi seorang Arsitektur, sama seperti Ham. Dan itulah yang membuatku menyukainya, kami seperti berada didunia yang sama karena menyukai hal-hal yang sama pula walau hanya Aku yang merasakan itu seorang. Bahkan Aku sempat tertawa bahagia ketika mengetahui hasil skor IQ kami sama, dan merupakan yang tertinggi di kelas.
Tapi sayangnya, kami tidak pernah benar-benar melemparkan kata-kata dari bibir kami pada satu sama lain. Hal itu sangat menyedihkan. Hingga sobatnya, yang kusamarkan sebagai Fad tiba-tiba mendekatiku. Pemuda itu sering kali tersenyum padaku, melakukan hal bodoh seperti sekedar memanggil namaku ketika berpapasan sembari melambai-lambaikan tangannya, memperhatikanku dari jauh dan dekat, duduk dibangkuku untuk mengecek bukuku dimana terdapat foto diriku disana, lalu menitipkan barangnya ketika ia hendak solat. Parahnya, Ham seperti mendukung Fad untuk mendekatiku dan itu membuatku merasa sedih sekaligus senang, karena ada sebuah alternatif kecil yang membuatku menangkap momen bersama Ham.
Tetapi dari situ pula Aku mulai bimbang, terkadang Aku terperdaya oleh senyuman manis Fad yang tampak bahagia ketika melihatku. Akupun jatuh, tetapi jatuhnya diriku tidak membuahkan hasil apa-apa. Aku adalah gadis lugu yang belum pernah berada dalam suatu hubungan. Bahkan setiap orang yang berusaha menjalin hubungan denganku aku tolak dengan alasan sehalus mungkin dan itu terjadi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Hingga akhirnya, Fad menjauh dariku, menemukan gadis lain di kelas lalu mengajaknya berpacaran. Namun anehnya, Aku meneteskan air mata karena hal itu karena jatuh dengan luka.
Akupun tidak terlalu memusingkannya, hari-hari berlalu dengan perasaan yang sama dan masih sama pada Ham. Aku sudah melupakan Fad, namun pemuda itu sialnya lagi-lagi menggonjang-ganjing perasaanku dengan kembali selalu menyapaku dengan senyuman manisnya di belakang pacarnya. Aku berusaha tidak terjebak kelubang yang sama lagi agar tidak jatuh dengan luka, Aku berusaha bersikap biasa dan fokus pada Ham seperti biasa.
Dan seperti biasa pula, perasaan diam-diam ini tidak akan membuahkan hasil apapun, sampai tiga tahun lamanya. Tiga tahu itu perasaanku masih sama, walau ketika menginjak tahun ke dua dan ke tiga kami tidak berada di kelas yang sama. Bahkan ketika Ham diberitakan berpacaran dengan teman kelasnya yang merupakan temanku juga, perasaan bodoh ini masih sama.
- T o B e C o n t i n u e -
Komentar
Posting Komentar