Langsung ke konten utama

When My Love Blooms - Part 1


D A H U L U

Seperti kebanyakan orang, menyukai lawan jenis adalah hal yang normal. Rasa suka itu bisa tumbuh kapan saja, bahkan ketika kau masih lucu-lucunya sebagai anak polos yang belum tahu apa-apa. Aku, seseorang yang tidak terlalu melodramatis ini pernah menyukai seorang laki-laki yang merupakan teman sekelas di tahun pertama Sekolah Menengah Atas. Pemuda itu kusamarkan sebagai 'Ham', seseorang yang cuek, sedikit pendiam namun atraktif ketika bersama teman-temannya, mempunyai sisi misterius dan menyukai hal-hal berbau seni karena Ia sudah seperti seniman yang mampu menggambar apa yang ditangkap oleh pandangannya.

Sedangkan Aku, si gadis pendiam yang merupakan seseorang introvert, payah dalam bergaul, si kaku ketika berbicara dengan orang yang disukainya, dan penggemar hal-hal berbau seni, dan Ham adalah panutannya. Gadis ini bercita-cita menjadi seorang Arsitektur, sama seperti Ham. Dan itulah yang membuatku menyukainya, kami seperti berada didunia yang sama karena menyukai hal-hal yang sama pula walau hanya Aku yang merasakan itu seorang. Bahkan Aku sempat tertawa bahagia ketika mengetahui hasil skor IQ kami sama, dan merupakan yang tertinggi di kelas.

Tapi sayangnya, kami tidak pernah benar-benar melemparkan kata-kata dari bibir kami pada satu sama lain. Hal itu sangat menyedihkan. Hingga sobatnya, yang kusamarkan sebagai Fad tiba-tiba mendekatiku. Pemuda itu sering kali tersenyum padaku, melakukan hal bodoh seperti sekedar memanggil namaku ketika berpapasan sembari melambai-lambaikan tangannya, memperhatikanku dari jauh dan dekat, duduk dibangkuku untuk mengecek bukuku dimana terdapat foto diriku disana, lalu menitipkan barangnya ketika ia hendak solat. Parahnya, Ham seperti mendukung Fad untuk mendekatiku dan itu membuatku merasa sedih sekaligus senang, karena ada sebuah alternatif kecil yang membuatku menangkap momen bersama Ham. 

Tetapi dari situ pula Aku mulai bimbang, terkadang Aku terperdaya oleh senyuman manis Fad yang tampak bahagia ketika melihatku. Akupun jatuh, tetapi jatuhnya diriku tidak membuahkan hasil apa-apa. Aku adalah gadis lugu yang belum pernah berada dalam suatu hubungan. Bahkan setiap orang yang berusaha menjalin hubungan denganku aku tolak dengan alasan sehalus mungkin dan itu terjadi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Hingga akhirnya, Fad menjauh dariku, menemukan gadis lain di kelas lalu mengajaknya berpacaran. Namun anehnya, Aku meneteskan air mata karena hal itu karena jatuh dengan luka. 

Akupun tidak terlalu memusingkannya, hari-hari berlalu dengan perasaan yang sama dan masih sama pada Ham. Aku sudah melupakan Fad, namun pemuda itu sialnya lagi-lagi menggonjang-ganjing perasaanku dengan kembali selalu menyapaku dengan senyuman manisnya di belakang pacarnya. Aku berusaha tidak terjebak kelubang yang sama lagi agar tidak jatuh dengan luka, Aku berusaha bersikap biasa dan fokus pada Ham seperti biasa.
Dan seperti biasa pula, perasaan diam-diam ini tidak akan membuahkan hasil apapun, sampai tiga tahun lamanya. Tiga tahu itu perasaanku masih sama, walau ketika menginjak tahun ke dua dan ke tiga kami tidak berada di kelas yang sama. Bahkan ketika Ham diberitakan berpacaran dengan teman kelasnya yang merupakan temanku juga, perasaan bodoh ini masih sama.

- T o  B e  C o n t i n u e -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginanmu adalah Hidupmu

D U N I A K U. Pengalaman hidup dibawah tekanan sudah pasti dirasakan hampir semua orang. Entah dari kecil, remaja, dewasa hingga tua, hidup manusia itu pasti dihantui oleh penekanan dari orang-orang. Entah itu dari ucapan atau tindakan.  Bagi Anak muda yang bersekolah, mereka dituntut untuk belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Mereka dituntut habis-habisan untuk duduk manis di meja yang dipenuhi buku berisi angka dan rumus-rumus yang sulit dipahami dan dapat membuat seseorang begitu muak. Terlebih lagi, ketika waktu ujian akan datang, para orangtua sudah seperti zombie yang akan membunuhmu dengan kata-kata yang harus dituruti. Pergi kesekolah dan memperhatikan para guru yang sedang menerangkan, lalu pergi ke tempat les untuk belajar tambahan, kemudian pergi ke meja belajar yang sudah seperti neraka saja. Mereka hanya Anak-anak. Belajar memang mesti dibutuhkan, tapi benda sebesar apapun pasti ada kapasitasnya, apalagi Otak manusia. Terkadang, para orangtu juga sering me...

Sebuah Perjuangan?

P E  R J U A N G A N Apa perjuangan itu? Orang-orang mungkin mendeskripsikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, dengan perngorbanan apapun dan entah seberat atau seringan apapun itu. Dan ya, aku juga berpikir seperti itu. Tapi sayangnya ada yang tidak aku mengerti dengan perspektif Ibuku. Sedikit cerita saja, aku adalah anak desa yang kebetulan disekolahkan oleh Kakak Ibuku di kota. Saat itu, ketika Aku akan menginjak sekolah menengah pertama. Anak desa sepolos diriku hanya mengangguk saja menyetujui itu, asalkan ada Ibu disisiku. Tapi sayangnya, ketika tahun kedua di kota, Ibuku harus pulang ke Desa dan tinggal lagi disana karena harus merawat Kakek Nenekku yang sudah sangat tua. Dan sekali lagi, Aku hanya mengangguk setuju, membiarkan Ibuku meninggalkanku bersama Ua-ku dikota. Satu tahun kemudian, aku berhasil melewati masa-masa kesepian yang begitu berat untuk seorang Anak tigabelas tahun yang masih membutuhkan banyak perhatian. Namun ...